Penggunaan
signal AM-VSB untuk mengirim beberapa channel analog adalah prinsip
lurus kedepan dan sederhana. Bagaimana pun juga hal itu memiliki syarat
C/N paling tidak 40 dB untuk setiap channel AM dimana antara laser dan
penerimanya harus garis lurus. Cara lain adalah denga menggunakan
modulaasi frekuensi ( FM ) dimana setiap subcarrier dimodulasi oleh
frekuensi dengan signal informasi, namun hal ini membutuhkan bandwide
lebih besar sekitar 7 – 8 kali dari AM. Rasio S/N dari output detector
FM jauh lebih besar dari rasio C/N pada input dari detector.
Rasio dari s/n tergantung pada desain sistem tetapi umumnya berada pada 36-44 db
Di antara keuntungan FM adalah bebas dari pengaruh gangguan udara, bandwidth (lebar
pita) yang lebih besar, dan fidelitas yang tinggi. Jika dibandingkan
dengan sistem AM, maka FM memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
Lebih tahan noise
Frekuensi
yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 88 – 108 MHz, dimana
pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari gangguan baik
atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Jangkauan dari
sistem modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada sistem modulasi
AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang. Sehingga noise yang
diakibatkan oleh penurunan daya hampir tidak berpengaruh karena
dipancarkan secara LOS (Line Of Sight).
Bandwith yang Lebih Lebar
Saluran
siar FM standar menduduki lebih dari sepuluh kali lebar bandwidth
(lebar pita) saluran siar AM. Hal ini disebabkan oleh struktur sideband nonlinear
yang lebih kompleks dengan adanya efek-efek (deviasi) sehingga
memerlukan bandwidth yang lebih lebar dibanding distribusi linear yang
sederhana dari sideband-sideband dalam sistem AM. Band siar FM terletak
pada bagian VHF (Very High Frequency) dari spektrum frekuensi di mana
tersedia bandwidth yang lebih lebar daripada gelombang dengan panjang
medium (MW) pada band siar AM.
Fidelitas Tinggi
Respon
yang seragam terhadap frekuensi audio (paling tidak pada interval 50 Hz
sampai 15 KHz), distorsi (harmonik dan intermodulasi) dengan amplitudo
sangat rendah, tingkat noise yang sangat rendah, dan respon transien
yang bagus sangat diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik. Pemakaian
saluran FM memberikan respon yang cukup untuk frekuensi audio dan
menyediakan hubungan radio dengan noise rendah. Karakteristik yang lain
hanyalah ditentukan oleh masalah rancangan perangkatnya saja.
Transmisi Stereo
Alokasi
saluran yang lebar dan kemampuan FM untuk menyatukan dengan harmonis
beberapa saluran audio pada satu gelombang pembawa, memungkinkan
pengembangan sistem penyiaran stereo yang praktis. Ini merupakan sebuah
cara bagi industri penyiaran untuk memberikan kualitas reproduksi sebaik
atau bahkan lebih baik daripada yang tersedia pada rekaman atau pita
stereo. Munculnya compact disc dan perangkat audio digital
lainnya akan terus mendorong kalangan industri peralatan dan teknisi
siaran lebih jauh untuk memperbaiki kinerja rantai siaran FM secara
keseluruhan.
Hak komunikasi Tambahan
Bandwidth
yang lebar pada saluran siar FM juga memungkinkan untuk memuat dua
saluran data atau audio tambahan, sering disebut Subsidiary
Communication Authorization (SCA), bersama dengan transmisi stereo.
Saluran SCA menyediakan sumber penerimaan yang penting bagi kebanyakan
stasiun radio dan sekaligus sebagai media penyediaan jasa digital dan
audio yang berguna untuk khalayak.
Teori Modulasi Frekuensi (FM)
Baik
FM (Frekuensi Modulation) maupun PM (Phase Modulation) merupakan kasus
khusus dari modulasi sudut (angular modulation). Dalam sistem modulasi
sudut frekuensi dan fasa dari gelombang pembawa berubah terhadap waktu
menurut fungsi dari sinyal yang dimodulasikan (ditumpangkan). Misal
persamaan gelombang pembawa dirumuskan sebagai berikut :
Uc = Ac sin (wc + c)
Dalam modulasi amplitudo (AM) maka nilai ‘Ac‘
akan berubah-ubah menurut fungsi dari sinyal yang ditumpangkan.
Sedangkan dalam modulasi sudut yang diubah-ubah adalah salah satu dari
komponen ‘wc + c‘. Jika yang diubah-ubah adalah komponen ‘wc‘ maka disebut Frekuensi Modulation (FM), dan jika komponen ‘c‘ yang diubah-ubah maka disebut Phase Modulation (PM).
Jadi
dalam sistem FM, sinyal modulasi (yang ditumpangkan) akan menyebabkan
frekuensi dari gelombang pembawa berubah-ubah sesuai perubahan frekuensi
dari sinyal modulasi. Sedangkan pada PM perubahan dari sinyal modulasi
akan merubah fasa dari gelombang pembawa. Hubungan antara perubahan
frekuensi dari gelombang pembawa, perubahan fasa dari gelombang pembawa,
dan frekuensi sinyal modulasi dinyatakan sebagai indeks modulasi (m)
dimana :
m = Perubahan frekuensi (peak to peak Hz) / frekuensi modulasi (Hz)
Dalam
siaran FM, gelombang pembawa harus memiliki perubahan frekuensi yang
sesuai dengan amplituda dari sinyal modulasi, tetapi bebas frekuensi
sinyal modulasi yang diatur oleh frekuensi modulator.
Pemancar FM
Tujuan
dari pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih sinyal input yang
berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang termodulasi dalam sinyal
RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai output daya yang kemudian
diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan. Dalam bentuk sederhana
dapat dipisahkan atas modulator FM dan sebuah power amplifier RF dalam
satu unit. Sebenarnya pemancar FM terdiri atas rangkaian blok subsistem
yang memiliki fungsi tersendiri, yaitu:
1. FM exciter merubah sinyal audio menjadi frekuensi RF yang sudah termodulasi
2. Intermediate
Power Amplifier (IPA) dibutuhkan pada beberapa pemancar untuk
meningkatkan tingkat daya RF agar mampu menghandle final stage
3. Power Amplifier di tingkat akhir menaikkan power dari sinyal sesuai yang dibutuhkan oleh sistem antena
4. Catu
daya (power supply) merubah input power dari sumber AC menjadi tegangan
dan arus DC atau AC yang dibutuhkan oleh tiap subsistem
5. Transmitter
Control System memonitor, melindungi dan memberikan perintah bagi tiap
subsistem sehingga mereka dapat bekerja sama dan memberikan hasil yang
diinginkan
6. RF lowpass filter membatasi frekuensi yang tidak diingikan dari output pemancar
7. Directional coupler yang mengindikasikan bahwa daya sedang dikirimkan atau diterima dari sistem antenna
FM Exciter
Jantung
dari pemancar siaran FM terletak pada exciter-nya. Fungsi dari exciter
adalah untuk membangkitkan dan memodulasikan gelombang pembawa dengan
satu atau lebih input (mono, stereo, SCA) sesuai dengan standar FCC.
Gelombang pembawa yang telah dimodulasi kemudian diperkuat oleh wideband
amplifier ke level yang dibutuhkan oleh tingkat berikutnya.
Direct
FM merupakan teknik modulasi dimana frekuensi dari oscilator dapat
diubah sesuai dengan tegangan yang digunakan. Seperti halnya oscilator,
disebut voltage tuned oscilator (VTO) dimungkinkan oleh perkembangan
dioda tuning varaktor yang dapat merubah kapasitansi menurut perubahan
tegangan bias reverse (disebut juga voltage controlled oscillator atau
VCO).
Kestabilan
frekuensi dari oscillitor direct FM tidak cukup bagus, untuk itu
dibutuhkan automotic frekuensi control system (AFC) yang menggunakan
sebuah kristal oscillator stabil sebagai frekuensi referensi. Komponen
AFC berperan sebagai pengatur frekuensi yang dibangkitkan oscillator
lokal untuk dicatukan ke mixer, sehingga frekuensi oscillator menjadi
stabil.
2. Multychannel Amplitude Modulation ( AM )
Yang
pertama kali menyebar luaskan Aplikasi untuk hubungan antara fiber optik
secara analog yang mana di mulai pada akhir tahun 1980 adalah CATV
Network. Network jenis ini beroprasi pada frekuensi antara 50 sampai 88
Mhz dan dari 120 samapi 550 Mhz. Frekuensi anatara 88 samapi 120 Mhz
tidak digunaka karena digunaaka untuk penyiaran radio FM. Network ini
dapat membawa lebih dari 80 AM vestigal-side band (AM-VSB) video chanel,
masing-masing mempunyai noise selebar 4 Mhz dari lebar chanel yang 6
Mhz, dengan S/N ratio sebesar 40db. Untuk mempertahankan kesamaan dengan
coax base network yang sebelumnya, format dari multichanel AM-VSB juga
dipilih untuk sistem fiber optik. Gambar 9.7 memperlihatkan teknik untuk
menggabungkan N pesan yang berdiri sendiri. Sinyal informasi pada
chanel I gelombang pembawa AM mempunyai frekuensi Fi , dimana I=
1,2,…,N. Power RF menggabungkan kemudian menjumlah AM sejumlah N, yang
menghasilkan sinyal FDN, yang mana intensitas modulasinya seperti Laser
Dioda. Seperti halnya penerima optik, susunan paralel dari filter
bandpass memisahkan sinyal dari gelombang cariernya, sehingga didapat
sinyal aslinya, dengan teknik standar RF.
Untuk
sejumlah besar carier FDM dengan fasa acak, sinyal carier menumpangi
power basis. Kemudian untuk N channel, modulasi optikal dengan index m
berhubungan dengan modulasi index mi per channel dengan:
Jika setiap modulasi channel index mi nilainya sama dengan nilai mc, maka dirumuskan :
Hasilnya
jika N sinyal adalah frekuensi yang telah di multiplex dan digunakan
untuk memodulasi sumber optik tunggal maka rasio ke noise dari sinyal
tunggal berkurang dengan 10 log N. Andaikata beberapa channel
digabungkan maka sinyal akan memperkuat tegangan, maka karakteristik
penurunan menjadi 10 log N.
Jika
beberapa frekuensi carrier melewati peralatan non linier seperti laser
dioda dapat membangkitkan sinyal yang berbeda dari frekuensi asalnya
yang disebut juga sebagai frekuensi intermodulation, dan dapat
menyebabkan interferensi pada kedua band dari channel. Hasilnya adalah
penurunan jumlah sinyal yang dapat ditransmisikan.
Jika
frekuensi kerja dari channel kurang dari 1 oktaf seluruh distorsi
harmonis bahkan distorsi intermodulasi (IM) akan keluar dari passband.
Jika signal passband mengandung banyak signal carrier. Beberapa IM akan
muncul pada frekuensi pada sama. Hal ini disebut juga staking yang
merupakan tambahan dari basis power. Dimana ada dua nada orde ketiga
tersebar pada daerah operasi passband. Tripel beat product dibuat untuk
dikonsentrasikan pada tengah – tengah channel, jadi pembawa pusat
menerima inteferensi yang paling besar. Tabel 9.1 dan 9.2 menunjukkan
distribusi dari third order tripel beat and two tone IM product untuk
nomer channel N dari 1 – 8.
Hasil
dari beat stcaking adalah secara umum pada CSO ( Composite Second Order )
dan CTB ( Composite Tripel Beat ) dan digunakan untuk menggunakan
kemampuan dari multichannel hubungan AM
Kenapa Gelombang FM Lebih Jernih Dibanding AM?
Gelombang AM sudah lama ditinggal. Nyaris semua radio bermain di jalur FM. Kenapa sih FM lebih jernih?
Hingga tahun delapan
puluhan, stasiun radio broadcast (siaran) banyak menggunakan modulasi AM
(Amplitude Modulation). Pada saat itu, umumnya enggak ada siaran radio
yang mampu menampilkan suara bening, apalagi stereo. Belum lagi kalau
cuaca sedang enggak mendukung. Wah, pokoknya kita enggak bisa menikmati
indahnya suara musik senyaman saat ini.
Setelah periode itu,
mulai bermunculan stasiun radio siaran pengusung modulasi FM (Frequency
Modulation). Jenis modulasi ini mampu memanjakan pendengar siaran karena
menghasilkan suara yang lebih bening. Selain itu, ia dapat diterima
dengan pola mono atau stereo. Maksudnya, jika radio penerima kita hanya
bisa menerima siaran mode mono, maka ia menampilkan suara mono. Sedang
radio penerima tipe stereo punya pilihan untuk menampilkan suara mono
atau stereo beneran (real stereo) sesuai dengan yang dipancarkan oleh
stasiun radio siaran.
Analogi modulasi
Dalam istilah teknik,
kata modulasi mempunyai definisi yang cukup panjang. Tapi, hal itu dapat
dijelaskan dengan analogi sederhana berikut: kalau kita ingin pergi ke
tempat lain yang jauh (yang tidak bisa di lakukan dengan jalan kaki atau
berenang), kita harus menumpang sesuatu.
Sinyal informasi (suara,
gambar, data) juga begitu. Agar dapat dikirim ke tempat lain, sinyal
informasi harus ditumpangkan pada sinyal lain. Dalam konteks radio
siaran, sinyal yang menumpang adalah sinyal suara, sedangkan yang
ditumpangi adalah sinyal radio yang disebut sinyal pembawa (carrier).
Jenis dan cara
penumpangan sangat beragam. Dari tinjauan “penumpang”, cara menumpangkan
manusia pasti berbeda dengan paket barang atau surat. Hal serupa
berlaku untuk penumpangan sinyal analog yang berbeda dengan sinyal
digital. Penumpangan sinyal suara juga akan berbeda dengan penumpangan
sinyal gambar, sinyal film, atau sinyal lain.
Dari sisi pembawa, cara
menumpang di pesawat terbang akan berbeda dengan menumpang di mobil,
bus, truk, kapal laut, perahu, atau kuda. Hal yang sama juga terjadi
pada modulasi. Di mana cara menumpang ke amplitudo gelombang carrier
akan berbeda dengan cara menumpang di frekuensi gelombang carrier.
Gelombang/sinyal “carrier”
Gelombang/sinyal carrier
adalah gelombang radio yang mempunyai frekuensi jauh lebih tinggi dari
frekuensi sinyal informasi. Berbeda dengan sinyal suara yang mempunyai
frekuensi beragam/variabel dengan range 20 Hz hingga 20 kHz, sinyal
carrier ditentukan pada satu frekuensi saja. Frekuensi sinyal carrier
ditetapkan dalam suatu alokasi frekuensi yang ditentukan oleh badan yang
berwewenang.
Di Indonesia, alokasi
frekuensi sinyal carrier untuk siaran FM ditetapkan pada frekuensi 87,5
MHz hingga 108 MHz. Alokasi itu terbagi untuk 204 kanal dengan
penganalan kelipatan 100 kHz. Kanal pertama berada pada frekuensi 87,6
MHz, sedangkan kanal ke 204 berada pada frekuensi 107,9 MHz. Penetapan
tersebut dan aturan lainnya tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM 15 Tahun 2003.
Frekuensi carrier inilah
yang disebutkan oleh stasiun radio untuk menunjukkan keberadaannya.
Misalnya, Radio XYZ 100,2 FM atau Radio ABC 98,2 FM. 100,2 Mhz dan 98,2
MHz adalah frekuensi carrier yang dialokasikan untuk stasiun
bersangkutan.
Karena berupa gelombang
sinusoida, sinyal carrier mempunyai beberapa parameter yang dapat
berubah. Perubahan itu dapat terjadi pada amplitudo, frekuensi, atau
parameter lain. Contoh perubahan amplitudo dan perubahan frekuensi dari
suatu sinyal asal ditunjukkan dalam gambar. Kemampuan untuk diubah
inilah yang menjadi ide dari teknik-teknik modulasi.
Modulasi AM
Dari banyak teknik
modulasi, AM dan FM adalah modulasi yang banyak diterapkan pada radio
siaran. Keduanya dipakai karena tekniknya relatif lebih mudah
dibandingkan dengan teknik-teknik lain. Dengan begitu, rangkaian
pemancar dan penerima radionya lebih sederhana dan mudah dibuat.
Di pemancar radio dengan
teknik AM, amplitudo gelombang carrier akan diubah seiring dengan
perubahan sinyal informasi (suara) yang dimasukkan. Frekuensi gelombang
carrier-nya relatif tetap. Kemudian, sinyal dilewatkan ke RF (Radio
Frequency) Amplifier untuk dikuatkan agar bisa dikirim ke jarak yang
jauh. Setelah itu, dipancarkan melalui antena.
Tentu saja dalam
perjalanannya mencapai penerima, gelombang akan mengalami redaman
(fading) oleh udara, mendapat interferensi dari frekuensi-frekuensi
lain, noise, atau bentuk-bentuk gangguan lainnya. Gangguan-gangguan itu
umumnya berupa variasi amplitudo sehingga mau tidak mau akan memengaruhi
amplitudo gelombang yang terkirim.
Akibatnya, informasi
yang terkirim pun akan berubah dan ujung-ujungnya mutu informasi yang
diterima jelas berkurang. Efek yang kita rasakan sangat nyata. Suara
merdu Andien yang mendayu akan terdengar serak, aransemen Dewa yang
bagus itu jadi terdengar enggak karuan, dan suara Iwan Fals benar-benar
jadi fals.
Cara mengurangi kerugian
yang diakibatkan oleh redaman, noise, dan interferensi cukup sulit.
Pengurangan amplitudo gangguan (yang mempunyai amplitudo lebih kecil),
akan berdampak pada pengurangan sinyal asli. Sementara, peningkatan
amplitudo sinyal asli juga menyebabkan peningkatan amplitudo gangguan.
Dilema itu bisa saja diatasi dengan menggunakan teknik lain yang lebih
rumit. Tapi, rangkaian penerima akan menjadi mahal, sementara hasil yang
diperoleh belum kualitas Hi Fi dan belum tentu setara dengan harga yang
harus dibayar.
Itulah barangkali yang
menyebabkan banyak stasiun radio siaran bermodulasi AM pindah ke
modulasi FM. Konsekuensinya, mereka juga harus pindah frekuensi carrier
karena aturan alokasi frekuensi carrier untuk siaran AM berbeda dengan
siaran FM. Frekuensi carrier untuk siaran AM terletak di Medium
Frequency (300 kHz – 3 MHz/MF), sedangkan frekuensi carrier siaran FM
terletak di Very High Frequency (30 MHz – 300 MHz/VHF).
Modulasi FM
Di pemancar radio dengan
teknik modulasi FM, frekuensi gelombang carrier akan berubah seiring
perubahan sinyal suara atau informasi lainnya. Amplitudo gelombang
carrier relatif tetap. Setelah dilakukan penguatan daya sinyal (agar
bisa dikirim jauh), gelombang yang telah tercampur tadi dipancarkan
melalui antena.
Seperti halnya gelombang
termodulasi AM, gelombang ini pun akan mengalami redaman oleh udara dan
mendapat interferensi dari frekuensi-frekuensi lain, noise, atau
bentuk-bentuk gangguan lainnya. Tetapi, karena gangguan itu umumnya
berbentuk variasi amplitudo, kecil kemungkinan dapat memengaruhi
informasi yang menumpang dalam frekuensi gelombang carrier.
Akibatnya, mutu
informasi yang diterima tetap baik. Dan, kualitas audio yang diterima
juga lebih tinggi daripada kualitas audio yang dimodulasi dengan AM.
Jadi, musik yang kita dengar akan serupa dengan kualitas musik yang
dikirim oleh stasiun radio sehingga enggak salah kalau stasiun-stasiun
radio siaran lama (yang dulunya AM) pindah ke teknik modulasi ini.
Sementara stasiun-stasiun radio baru juga langsung memilih FM.
Selain itu, teknik
pengiriman suara stereonya juga tidak terlalu rumit. Jadinya, rangkaian
penerima FM stereo mudah dibuat, sampai-sampai dapat dibuat seukuran
kotak korek api. Produk FM autotuner seukuran kotak korek api ini sudah
gampang diperoleh di kaki lima dengan harga yang murah. Kualitasnya
cukup memadai untuk peralatan semurah dan sekecil itu.
Rangkaian “squelch”
Pada penerima FM (yang
juga ada di pesawat televisi), sinyal radio yang hilang akan menyebabkan
terdengar suara desis noise yang cukup keras. Karena mengganggu,
sebagian besar penerima FM dilengkapi dengan rangkaian squelch yang
berfungsi untuk mematikan audio jika tidak terdeteksi adanya sinyal
siaran. Pada radio komunikasi VHF dan UHF (yang juga menggunakan FM),
rangkaian squelch dapat diatur sedemikian rupa sehingga masih dapat
mendengarkan sinyal suara yang volumenya sedikit di atas desis noise.
Pembagian kanal FM di Indonesia
Jumlah kanal yang
disiapkan dalam alokasi frekuensi 87,5 MHz hingga 108 MHz memang
sebanyak 204 kanal. Tapi, tentu saja hal itu tidak menyebabkan 204
stasiun radio bisa didirikan di kota kita. Sebab jarak antarkanal yang
terlalu rapat akan menyebabkan interferensi antarstasiun radio.
Karena itu, aturan dalam
Keputusan Menteri Perhubungan No KM 15 Tahun 2003 mensyaratkan jarak
minimal antarkanal dalam satu area pelayanan (yang umumnya se-Kota atau
se-Kabupaten) adalah 800 kHz. Kecuali pada kota besar semacam Jakarta,
Bandung, Surabaya, Semarang, Medan yang sudah telanjur mempunyai stasiun
cukup banyak. Jarak minimal untuk kota-kota itu adalah 400 kHz.
Pembagian kanal untuk
tiap area layanan tentunya juga disesuaikan dengan faktor-faktor seperti
: kepadatan penduduk, perkembangan kawasan, dan lainnya. Sebab, apalah
gunanya menyediakan banyak kanal jika pendirian stasiun-stasiun baru di
suatu area layanan tidak menjanjikan.
by: http://micr0byt3.wordpress.com/2007/08/28/gelombang-fm-dan-am/
by: http://micr0byt3.wordpress.com/2007/08/28/gelombang-fm-dan-am/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar